Jumat, 25 November 2011

aliran estetika


 Nietzche melalui tulisan-tulisannya yang berjudul “ Die Geburt der Tragoedie ” (Lahirnya Tragedi), “ Der Fall Wagner ”, “ Also Sprach Zarathustra ”, dan “ Unzeitgemaesse ” dapat digolongkan sebagai penulis humanis yang banyak menulis metaestetika (estetika atas/metafisik) abad 19. Estetika ditinjau dari sudut abstraknya bukan gejalanya. Schoupenhauer sebagai gurunya sangat mempengaruhi terhadap keyakinan dan pesimisme yang mendalam (pesimisme romantis). Jalan pikiran Nietzche isinya pesimisme, artinya seni itu sebetulnya banyak mengungkapkan kesan-kesan yang bersifat kesehatan, ketidakadilan, sakit dan sebagainya, sehingga seni itu semata-mata ungkapan perasaan keputusasaan seperti dalam tragedi dan sejenisnya. Ia mencoba menerangkan jiwa kepahlawanan dan inspirasi-inspirasi geni (semangat) di dalam seni dan geni dalam metafisika (Anwar, 1980:34). Selanjutnya Nietzche masuk pada periode positivisme skeptis, yaitu mengembalikan segala sesuatu kepada “kebebasan akal”. Akhirnya periode pembangunan kembali dengan menetapkan nilai-nilai yang diperlukan oleh hidup agar terus berlangsung dan mempunyai kekuatan. Positivisme adalah suatu aliran filsafat yang menyatakan ilmu alam sebagai satu-satunya sumber pengetahuan yang benar dan menolak aktifitas yang berkenaan dengan metafisik. Tidak mengenal adanya spekulasi, semua didasarkan pada data empiris. Sesungguhnya aliran ini menolak adanya spekulasi teoritis sebagai suatu sarana untuk memperoleh pengetahuan (seperti yang diusung oleh kaum idealisme khususnya idealisme Jerman Klasik). Positivisme merupakan empirisme, yang dalam segi-segi tertentu sampai kepada kesimpulan logis ekstrim karena pengetahuan apa saja merupakan pengetahuan empiris dalam satu atau lain bentuk, maka tidak ada spekulasi dapat menjadi pengetahuan. Terdapat tiga tahap dalam perkembangan positivisme, yaitu: Pertama, Tempat utama dalam positivisme pertama diberikan pada Sosiologi, walaupun perhatiannya juga diberikan pada teori pengetahuan yang diungkapkan oleh Comte, dan tentang Logika yang dikemukakan oleh Mill. Tokoh-tokohnya Auguste Comte, E. Littre, P. Laffitte, JS. Mill dan Spencer. Kedua, Munculnya tahap kedua dalam positivisme–empirio-positivisme–berawal pada tahun 1870-1890-an dan berpautan dengan Mach dan Avenarius. Keduanya meninggalkan pengetahuan formal tentang obyek-obyek nyata obyektif, yang merupakan suatu ciri positivisme awal. Dalam Machisme, masalah-masalah pengenalan ditafsirkan dari sudut pandang psikologisme ekstrim, yang bergabung dengan subyektivisme. Ketiga, Perkembangan positivisme tahap terakhir berkaitan dengan lingkaran Wina dengan tokoh-tokohnya O. Neurath, Carnap, Schlick, Frank, dan lain-lain. Serta kelompok yang turut berpengaruh pada perkembangan tahap ketiga ini adalah Masyarakat Filsafat Ilmiah Berlin. Kedua kelompok ini menggabungkan sejumlah aliran seperti atomisme logis, positivisme logis, serta semantika. Pokok bahasan positivisme tahap ketiga ini diantaranya tentang bahasa, logika simbolis, struktur penyelidikan ilmiah dan lain-lain.



Apollonian dan Dionysian adalah filsafat dikotomi paling sering dikaitkan dengan Friedrich Nietzsche , yang terinspirasi tapi tidak didasarkan pada mitologi Yunani .
Ini adalah dualistis konsep, menurut mana ada perjuangan abadi antara dua kekuatan yang berlawanan set atau cita-cita, satu berhubungan dengan Apollo , dewa matahari, yang lain terkait dengan Dionysus (setara dengan Romawi Bacchus), dewa mabuk. Dalam Kelahirannya Tragedi, Nietzsche menulis seni yang didasarkan pada keseimbangan kritis terhadap dua kekuatan, analogizing dengan seks :
"
Pengembangan lebih lanjut seni terikat dengan dualitas dari Apollonian dan Dionysian, seperti reproduksi tergantung pada dualitas jenis kelamin.
"

Gaya Apollonian didefinisikan oleh ketergantungan pada alasan, urutan, kontrol, individualitas, dan berpikir tenang, dan berusaha untuk membawa filsafat rangka untuk alam semesta. Nietzsche, yang paling peduli dengan seni dalam perawatan dari konsep, mengidentifikasi seni visual sebagai penjelmaan kekuatan Apollonian.
Lebih luas, modern, ilmu pengetahuan dengan yang metode ilmiah dan naturalisme metodologis bisa dilihat sebagai kekuatan Apollonian, berasal hukum tertib dan prinsip-prinsip untuk perkiraan, sedekat mungkin, operasi alam semesta. Zaman Pencerahan, dengan penekanan pada alasan, ilmu pengetahuan, dan kekuatan pikiran, didorong oleh filsafat jelas Apollonian.
Filosofi Dionysian adalah yang mencakup mistisisme, emosi, kekacauan, "dunia harmonis", dan "kesatuan kolektif." Nietzsche umum mengambil Dionysian adalah bahwa hal itu menyenangkan seperti sedang mabuk.
Sebagai contoh peristiwa secara menyeluruh Dionysian, mengutip Nietzsche Eropa modern awal mania menari : kerumunan besar orang menari liar melalui jalan-jalan ke titik kehancuran, tidak tahu di mana mereka pergi atau mengapa mereka menari. Contoh lain dari filsafat Dionysian adalah Romantisisme, gerakan kontra-Pencerahan yang menekankan intuisi manusia dan menentang rasionalisasi ilmiah alam.